![]() |
| Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas II Maccini Baji, Johansyah. (Ist) |
Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas II Maccini Baji, Johansyah mengatakan pihaknya secara rutin memberikan imbauan kepada masyarakat pesisir dan para pelaut terkait kondisi cuaca terkini.
"Tiap hari ada perubahan cuaca, dan kami langsung umumkan kembali. Kami punya grup dengan para kepala desa di seluruh pulau Pangkep, jadi setiap informasi prakiraan cuaca dan imbauan keselamatan selalu kami teruskan," ujar Johansyah kepada media, Senin (27/10/2025).
Selain melalui grup komunikasi desa, UPP Maccini Baji juga memanfaatkan radio sebagai sarana penyebaran informasi, terutama jika terjadi cuaca ekstrem.
"Begitu ada peringatan dari BMKG, kami langsung sampaikan agar diteruskan ke masyarakat dan kapal layar motor (KLM) di pasar-pasar pelabuhan," katanya.
Tidak hanya lewat pesan dan siaran, petugas juga juga rutin turun ke lapangan. Mereka mengingatkan langsung para pelaut agar menggunakan life jacket.
"Kami ini banyak fokus ke kapal-kapal kecil seperti KLM. Kalau ada kampanye keselamatan, itu selalu di kapal-kapal kecil. Selain edukasi, kami juga bagi-bagi life jacket," tambahnya.
Johansyah juga mengingatkan bahwa periode November 2025 hingga Maret 2026 akan menjadi masa rawan bagi pelayaran di wilayah Pangkep. Sedangkan, untuk puncak curah hujan di Sulawesi Selatan itu diperkirakan terjadi antara Desember 2025 hingga Februari 2026.
"Kami selalu sampaikan agar jangan berlayar kalau sudah ada peringatan dari BMKG. Cuaca sekarang tidak menentu, lebih baik menunda keberangkatan daripada mengambil risiko," tegasnya.
Dari total sekitar 117 pulau di Kabupaten Pangkep, sebanyak 16 pulau di antaranya berpenghuni. Wilayah-wilayah itu menjadi fokus utama pengawasan dan imbauan keselamatan.
Namun, ada tantangan tersendiri untuk daerah yang memiliki laut terbuka seperti Kalmas. "Kalmas itu jauh dari lokasi kami. Kapal patroli kami hanya kelas 4, jadi tidak sanggup sampai ke sana. Kami hanya bisa memberikan imbauan melalui jaringan komunikasi," jelasnya.
Sebagai bagian dari edukasi keselamatan, pihaknya juga pernah membuat film pendek berjudul Pamali. Film ini bertujuan melawan stigma masyarakat bahwa memakai life jacket sama saja dengan "mendoakan diri celaka".
"Lewat film itu kami ingin ubah cara pandang masyarakat. Life jacket bukan tanda sial, tapi alat bantu di laut," ujar Johansyah.
Ia menegaskan, pihaknya akan terus memperbarui informasi cuaca dan menyalurkannya setiap hari kepada masyarakat pulau agar keselamatan di laut tetap terjaga. (Ikhlas/Amin)
