Iklan

Iklan

Catatan Pendiri Sakolah Palosok Anak Negeri, "Covid-19 Membongkar Kreativitas Pendidik"

05 Mei 2020, 7:43 PM WIB Last Updated 2020-05-05T11:44:35Z

RAKYATSATU.COM
- Corona virus disease atau yang akrab disebut Covid -19 muncul di Wuhan, China pada Desember 2019. Kondisi di negara Raja Ekonomi tersebut lumpuh seketika.


Semua kalangan panik, masyarakat kecil sampai pejabat tinggi negara panik, bahkan banyak yang terpapar virus ganas tersebut. Setelah menyerang China, virus tersebut kemudian dengan cepat merebak ke berbagai negara.


Sehingga, WHO (World Health Organization) mendeklarasikannya sebagai pandemi global. Dikarenakan sudah menyerang hampir seluruh penghuni planet bumi, serta tidak mengenal usia. Virus ini begitu menyeramkan bagi semua orang. Mendengar namanya saja membuat orang menjadi panik bahkan ke lingkungan yang mengakibatkan kehilangan kontrol pikiran.

Kenapa disebut virus corona?

Nama Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti mahkota, sebab bentuk virus corona memiliki paku yang menonjol menyerupai mahkota dan korona matahari. 


Gejala virus corona  (COVID-19) dianggap cukup bervariasi bagi tiap orang yang terinfeksi. 


Dari beberapa kasus yang ada bisa dilihat bahwa terkadang orang yang terpapar virus ganas tersebut menunjukkan sedikit gejala atau bahkan ada juga yang tanpa gejala.


Di sisi lain, ada pula yang dapat gejala dengan cara terserang penyakit parah yang bisa  berakibat fatal, seperti halnya demam, sesak nafas, hingga batuk. 


Menurut data real time dari The GISAID Global Initiative on Sharing All Influenza Data (by Johns Hopkins CSSE), setidaknya 69 negara masih terus berjuang melawan ancaman virus corona ini. 


Covid-19 Menyantroni Nusantara


Senin, 2 Maret 2020 virus corona merebak masuk ke indonesia. Hingga hari ini 5 Mei 2020 data gugus tugas menunjukkan jumlah kasus  terpapar corona sebesar 11.587 jiwa. sebesar 864 jiwa diantaranya telah meninggal dunia.


Apa dampaknya terhadap dunia pendidikan? 

Tidak sampai di situ virus tersebut berdampak terhadap jalannya roda pendidikan di tanah air. Bisa dikatakan 90%-100%  sekolah dan perguruan tinggi harus mengganti sistem pembelajaran dengan cara belajar dari rumah SFH (study from home). 


Sehingga tenaga pengajar mesti memutar otak supaya proses pembelajaran tetap berlangsung. Artinya, para tenaga pengajar (guru dan dosen) dituntut untuk bisa berinovasi dalam memanfaatkan sosial media/tools pembelajaran online. Karena proses pembelajaran langsung atau tatap muka sudah tidak mungkin lagi dilaksanakan. 


Seperti yang disampaikan oleh Syamsul Darmawan atau yang akrab disapa Darmawan, salah satu dosen di kampus STKIP MUH MANOKWARI yang ada di Kabupaten Manokwari Papua Barat, serta penggiat pendidikan (pendiri Sakolah Palosok Anak Negeri). 


Ia menyampaikan bahwa aktivitas perkuliahan tatap muka sudah tidak diberlakukan sejak 19 maret 2020 sampai hari ini serta sampai waktu yang belum ditentukan. 


Melihat wabah covid 19 mesti ditanggapi serius sehingga kami bersama teman teman dosen lainnya tidak melaksanakan perkuliahan dengan tatap muka dan menggati dengan Pengajaran Jarak Jauh (PJJ) yang berbasis Daring (dalam jaringan). Tetapi pada pengajaran tersebut kami juga mendapatkan beberapa kendala diantaranya kurangnya fasilitas mahasiswa seperti Gadget dan Laptop. 


Ditambah lagi akses internet di tempat mahasiswa sangat minim dan terbatas. 
Sehingga kebanyakan mahasiswa yang rela keluar rumah hanya untuk numpang gabung (nimbrung) ke rumah teman yang lain mengikuti mata kuliah tersebut. Dan jujur tak sedikit mahasiswa mengeluh kewalahan mengikuti sistem Daring yang boleh dikatakan sebagian besar baru mengenalnya. 


Sehingga sebelum perkuliahan daring dilaksanakan kami dosen mengedukasi terlebih dahulu mahasiswa via telpon untuk menggunakan pembelajaran sistem daring tersebut. 


Tak sampai disitu jumlah mahasiswa tidak lebih dari 50%  dari jumlah satu kelas yang mengikuti mata kuliah sistem daring dengan alasan sulitnya berkomunikasi dengan meraka. 


Jadi harapan kepada seluruh pendidik agar bisa memaksimalkan potensi pengajaran dalam bentuk apapun termasuk via telpon dan sms sekalipun.  


Sehingga terus berkreasi agar pembelajaran dapat tercapai seperti yang seharusnya kepada peserta didik ditengah mewabahnya virus ini.


Sekedar tambahan kepada tenaga pendidik bisa meramu pembelajaran dgn pendekatan jigsaw. Dimana pendekatan jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil dengan tetap menerapkan phisycal distancing (menjaga jarak).  (Rasul)
Komentar

Tampilkan

  • Catatan Pendiri Sakolah Palosok Anak Negeri, "Covid-19 Membongkar Kreativitas Pendidik"
  • 0

Terkini

Iklan