Iklan

Iklan

Ketika Modal Menjadi Harapan: KUR BRI Membuka Jalan UMKM

25 November 2025, 8:38 PM WIB Last Updated 2025-11-29T14:38:31Z
Potret Rosmitha saat menyiapkan nasi kuning untuk pelanggan. (Ist)


RAKYATSATU.COM, PANGKEP - Pagi baru menyingsing di kampung Tala-tala, Kabupaten Pangkep, ketika aroma nasi kuning mulai menguar di dapur mungil berukuran 3x4 meter milik Rosmitha.

Jam baru menunjukkan pukul 05.00 WITA, namun kipas angin kecil di sudut ruangan sudah bekerja keras menghalau asap wajan. Sejak 2024, rutinitas perempuan berusia 28 tahun ini tidak berubah: memasak nasi kuning untuk dijual dari pukul 07.00 hingga tengah hari.

Setiap harinya, Ros – sapaan akrabnya menanak 4 liter beras, setara dengan 40 porsi nasi kuning. Harga jual per porsi berkisar Rp8.000, tergantung porsi dan lauk tambahan. 

"Omzet per hari itu berkisar Rp320 ribu kalau laku semua. Tapi kadang hanya Rp130 ribu kalau cuaca buruk atau pembeli sedikit," kata Ros lirih saat ditemui Rakyatsatu.com, Selasa (18/11/2025).

Dalam sebulan, pendapatan bersihnya berkisar antara Rp3-4 juta, tergantung jumlah porsi yang terjual dan harga bahan baku. Sementara suaminya, Rais, bekerja sebagai tukang bangunan harian lepas, dengan upah rata-rata Rp100–120 ribu per hari, namun hanya bekerja 12–20 hari per bulan. Jika digabung, penghasilan pasangan ini masih terbatas, kadang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Meski berjualan setiap hari, ketidakpastian pendapatan membuat Ros resah. Ia mulai berpikir bagaimana menambah modal agar usaha tetap berkembang, hingga seorang teman memberinya saran yang membuka jalan: mencoba Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.

Awalnya, Ros ragu. Pendapatan yang tidak menentu membuatnya khawatir tak layak menerima KUR. “Saya sebenarnya ragu, tapi suami menyuruh untuk mencobanya,” ujarnya. 

Dorongan itu membuatnya memberanikan diri menghubungi Mantri BRI di wilayahnya. Tak butuh waktu lama, ia mendapatkan nomor seorang mantri bernama Ferry dan langsung menghubungi.

"Saya chat Mantri terus tanyakan soal syarat-syarat untuk menerima KUR," kata Ros. 

Setelah mengetahui syaratnya, Ros menyiapkan semua dokumen yang diperlukan. Namun sebelum proses bisa berjalan, ia menunggu konfirmasi apakah namanya “bersih” atau masuk daftar hitam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

“Saya takut nama saya sudah masuk dalam daftar hitam karena pernah nunggak pembayaran cicilan motor,” kenangnya.

Sepuluh menit kemudian, ponselnya berdering. "Nama ibu bersih. Tidak ada masalah. Besok saya datang cek lapaknya Bu," kata Ferry usai menelponnya. Ros menarik napas lega.

Keesokan paginya, Jumat (11/07/2025), sekitar pukul 09.30, Mantri Ferry bersama Kepala Unit BRI Tumampua meninjau lapak kecil tempat Ros berjualan. Mereka memeriksa dokumen, menanyakan jumlah uang yang diambil, kebutuhan KUR untuk apa, serta pendapatan harian dan bulanan. Setelah semuanya dinilai layak, Ros diminta datang ke BRI Unit Cabang Tumampua siang itu juga.

"Alhamdulillah, paginya diperiksa, siangnya langsung disuruh ke bank," kata Ros tersenyum.

Digitalisasi yang Mempercepat Harapan

Di kantor BRI, proses administrasi berjalan lancar. Ros dan suaminya diminta menandatangani beberapa berkas. Tidak sampai berjam-jam, mereka sudah bisa pulang menunggu kabar pencairan.

Namun sebuah pesan dari bank masuk lebih cepat dari dugaan. "Pak, uang KUR yang dipinjam Rp30 juta sudah masuk," kata Ros kepada suaminya dengan nada tak percaya.

Ia mengira proses pencairan akan memakan waktu dua hingga tiga hari. Ternyata, berkat digitalisasi proses penyaluran KUR di BRI, dana masuk hanya dalam waktu 30–60 menit setelah meninggalkan bank.

Dengan pinjaman KUR senilai Rp30 juta dengan tenor tiga tahun, Ros hanya perlu membayar angsuran sekitar Rp860 ribu per bulan. Dana itu kini ia gunakan untuk membeli peralatan masak lebih besar, menambah stok bahan baku, memperluas lapak, dan meningkatkan produksi.

"Sekarang saya bisa menyiapkan lebih banyak porsi, menjaga kualitas, dan tidak lagi terlalu khawatir kalau cuaca atau bahan baku naik harga," ujar Ros.

KUR BRI dan Dukungan untuk UMKM

Bagi BRI, percepatan proses KUR merupakan bagian dari komitmen mendukung akses pembiayaan yang lebih inklusif.

"Proses sudah semakin digital, mulai dari pengecekan kelayakan, verifikasi data, hingga pencairan. Semua dilakukan dengan standar yang efisien dan transparan," ujar Pimpinan Cabang BRI Pangkep, Abid Rahman Martono saat dikonfirmasi, Senin (24/11/2025).

Kata dia, BRI menjadi bank dengan penyaluran KUR terbesar di Indonesia. Di Pangkep sendiri, kontribusinya signifikan. "Hingga tahun berjalan, total penyaluran KUR BRI di Kabupaten Pangkep mencapai 342.286 juta," terang Abid. 

Tahun sebelumnya, angka itu sekitar 392.855 juta. Sementara jumlah debitur aktif di Pangkep mencapai 19.745 orang, dan angka ini masih akan terus bertambah. "Target penyaluran tahun ini sebesar 625.860 juta," tambahnya.

Dampak Nyata bagi Ekonomi Lokal

Dampak KUR pun terlihat lebih luas, bukan hanya bagi perorangan, tetapi juga bagi perekonomian lokal.

Pengamat Ekonomi Universitas Bosowa Makassar, Dr. Lukman Setiawan, menilai KUR memiliki multiplier effect yang besar terhadap ekonomi daerah, terutama di kabupaten seperti Pangkep yang bertumpu pada UMKM dan sektor informal.

"Setiap satu debitur KUR yang produktif dapat menciptakan efek berantai, mulai dari pemasok bahan baku hingga perputaran ekonomi di tingkat kampung," jelasnya.

Ia menambahkan, digitalisasi KUR BRI adalah langkah strategis untuk menekan biaya akses UMKM. "Kecepatan proses pencairan modal bukan hanya memudahkan, tetapi juga mengurangi lost opportunity bagi pelaku usaha. Modal yang cepat cair berarti peluang usaha tidak hilang."

Penulis : Amin Rais
Komentar

Tampilkan

  • Ketika Modal Menjadi Harapan: KUR BRI Membuka Jalan UMKM
  • 0

Terkini

Iklan