Iklan

Iklan

Fenomena Alam Binta’E, Lapangan Pasir di Tengah Laut yang Memikat

30 Oktober 2025, 4:57 PM WIB Last Updated 2025-10-30T09:00:51Z

Pasir Putih Binta’E, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone.

Bakal Jadi Ikon Wisata Baru Kecamatan Mare


RAKYATSATU.COM, BONE - Teluk Bone menyimpan potensi alam yang menakjubkan. Selain pasir putih Tangkulara yang sudah dikenal, kini muncul fenomena alam lain yang tak kalah mempesona Pasir Putih Binta’E. Hamparan pasir ini berada di tengah laut, menawarkan keindahan alami yang layak dikembangkan menjadi destinasi wisata bahari unggulan Kabupaten Bone.


Pasir Putih Binta’E dan Ratusan Burung Camar


Pasir putih Binta’E terletak di kawasan Teluk Bone, tepatnya dalam wilayah administratif Desa Pattiro, Kecamatan Mare. Ketika tiba di lokasi, pengunjung akan disambut oleh ratusan burung camar yang beterbangan di atas hamparan pasir.


Saat air laut surut, pasir putih Binta’E tampak seperti lapangan sepak bola raksasa yang membelah lautan. Di waktu-waktu tertentu, nelayan sering memanfaatkannya untuk beristirahat di atas hamparan pasir yang kering.


Untuk mencapai lokasi ini, dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan menggunakan perahu bermesin 300 PK dari Dusun Batu Lepang, Desa Pattiro.


Asal Muasal Nama Binta’E


Nama “Binta’E” diberikan oleh para nelayan yang memasang bagang di sekitar wilayah pasir putih tersebut. Kepala Desa Pattiro, Andi Sukiman, menuturkan bahwa nama itu sudah dikenal jauh sebelum ia menjabat.


“Konon, dinamakan Binta’E karena hamparan pasir putihnya membentang luas, bahkan lebih lebar dari lapangan sepak bola dan melintang di tengah laut,” kata Andi Sukiman, Kamis (30/10/2025).


Nama “Binta’E” sendiri berarti hamparan luas di tengah laut, sebuah penanda alam yang kini menjadi kebanggaan warga setempat.


Lebih Luas dari Tangkulara


Dibandingkan pasir putih Tangkulara di Kecamatan Tanete Riattang Timur yang selama ini menjadi lokasi pembentangan bendera Merah Putih setiap peringatan HUT RI Binta’E disebut memiliki hamparan yang lebih luas.


Dalam momentum peringatan Sumpah Pemuda, pemerintah Kecamatan Mare bersama pemerintah Desa Pattiro dan mahasiswa IAIN Bone yang tengah KKN di wilayah tersebut menggelar ikrar pemuda di lokasi pasir putih itu.


“Kalau dibandingkan Tangkulara, Binta’E jauh lebih luas. Karena itu kami terus berupaya menjaga kelestariannya, termasuk terumbu karang di sekitarnya,” ujar Camat Mare, Andi Muhammad Hidayat Pananrangi.


Dikelilingi Rumput Laut dan Banyak Gurita


Keunikan pasir putih Binta’E tak berhenti pada luasnya hamparan pasir. Di sekelilingnya tumbuh rumput laut, batu karang, dan banyak gurita. Kondisi ini menjadikannya lokasi strategis bagi nelayan yang menggantungkan hidup dari hasil laut, terutama gurita yang menjadi salah satu komoditas unggulan Kecamatan Mare.


Dari sisi utara, pengunjung dapat melihat Pulau Cappa Ujung di Kecamatan Sibulue, tempat berdirinya Pelabuhan Bajoe yang tampak jelas dari kejauhan.


Dengan pesona alamnya yang khas, pasir putih Binta’E berpotensi besar menjadi ikon wisata baru Kabupaten Bone, khususnya di kawasan Mare. Pembangunan sarana wisata di lokasi ini tidak membutuhkan biaya besar.


Jika air pasang, kedalaman air di pasir putih Binta’E hanya setinggi dada orang dewasa. Kondisi itu memungkinkan pembangunan villa-villa terapung yang juga dapat difungsikan sebagai bagang nelayan. [Ikhlas /Rasul]

Komentar

Tampilkan

  • Fenomena Alam Binta’E, Lapangan Pasir di Tengah Laut yang Memikat
  • 0

Terkini

Iklan