Iklan

Iklan

Bukan Pinjol! Kredivo Bongkar Fakta dan Potensi Besar PayLater

12 Agustus 2025, 4:46 PM WIB Last Updated 2025-08-12T08:46:17Z
(Ki-ka) SVP Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari dan Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda.


RAKYATSATU.COM, MAKASSAR - Layanan PayLater terus mencatat pertumbuhan signifikan di berbagai daerah, seiring penyaluran pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) nasional yang mencapai Rp8,56 triliun per Juni 2025.

Data Kredivo menunjukkan, pada 2023 pengguna dari kota tier 2 dan 3 menyumbang 53,6% dari total pengguna, menandakan akses keuangan digital semakin merata hingga luar Jabodetabek.

Meski trennya positif, tantangan tetap ada, terutama miskonsepsi yang menyamakan PayLater dengan pinjaman daring atau bahkan pinjol ilegal.

Minimnya pemahaman mengenai hak dan kewajiban pengguna kerap memicu keterlambatan bayar, catatan negatif di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), hingga risiko terjebak pinjol ilegal.

SVP Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari, menegaskan bahwa PayLater adalah layanan kredit formal yang dapat memberikan manfaat positif jika digunakan secara bijak.

"Pesatnya pertumbuhan PayLater di daerah membuktikan bahwa akses kredit digital yang terjangkau memang nyata. Literasi keuangan tetap jadi fondasi utama agar layanan ini tidak disalahartikan," ujar Indina melalui via zoom, Selasa (12/08/2025).

"PayLater bukan pinjaman daring, apalagi pinjol ilegal. Sama seperti layanan kredit keuangan lainnya, jika digunakan secara benar dan bijak, PayLater dapat menjadi solusi keuangan yang memberikan manfaat positif," tambahnya.

Sebagai pelopor layanan PayLater di Indonesia, Kredivo menegaskan bahwa ekspansi ke daerah bukan sekadar strategi bisnis, tetapi juga bagian dari komitmen untuk membangun literasi keuangan digital yang merata.

Hal Ini sejalan dengan upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong peningkatan literasi keuangan secara inklusif di berbagai daerah.

Melalui berbagai inisiatif seperti #AutoMikir, #AndaiAndaPandai, Generasi Djempolan, dan Kredicast, Kredivo aktif mengedukasi masyarakat mengenai literasi keuangan sekaligus untuk lebih bijak memanfaatkan PayLater.

Edukasi ini tak hanya penting untuk pengguna, tapi juga untuk memperkuat fondasi industri keuangan digital yang sehat dan berkelanjutan, khususnya di luar Jabodetabek.

Pertumbuhan PayLater juga membuka peluang besar dalam memperluas akses kredit dan mendorong ekonomi lokal. Namun, minimnya literasi masyarakat terhadap cara kerja PayLater kerap memicu risiko, mulai dari penipuan hingga ketidaktahuan bahwa keterlambatan pembayaran bisa tercatat di SLIK dan berdampak pada skor kredit.

Menanggapi hal tersebut, Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital CELIOS, mengungkapkan pertumbuhan PayLater di daerah menunjukkan bahwa masyarakat semakin mencari solusi keuangan yang relevan dengan kebutuhan: mudah diakses, cepat, dan terjangkau. Ini sinyal positif bahwa gap layanan keuangan formal mulai terisi.

Namun kata dia, pertumbuhan PayLater harus dijaga arahnya. Salah persepsi soal PayLater, risiko gagal bayar, hingga pencatatan negatif di SLIK adalah dampak serius yang perlu diantisipasi akibat rendahnya literasi masyarakat.

"Kehadiran PayLater harus diiringi dengan sikap bijak dalam menggunakan layanan teknologi finansial ini, agar tidak merugikan diri sendiri. Karena itu, edukasi terkait dengan "pinjam dengan bijak" bukan sekadar pelengkap, namun menjadi kewajiban agar pertumbuhan ini sehat dan inklusif," jelasnya.

Warga Makassar Kini Makin Sering Gunakan PayLater untuk Kebutuhan Harian

Penggunaan layanan PayLater di Makassar menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, baik dari sisi adopsi maupun pola pemanfaatannya.

Selama periode 2022 hingga 2024, jumlah pengguna meningkat sebesar 65,12%, diiringi dengan lonjakan volume transaksi sebesar 65,32%.

Rata-rata pengguna juga tercatat semakin aktif menggunakan PayLater, dengan frekuensi transaksi mencapai 8,71 kali sepanjang tahun 2024.

Tak hanya memperluas jangkauan, data ini mencerminkan bahwa PayLater kini digunakan secara lebih rutin untuk memenuhi kebutuhan harian.

Menariknya, lebih dari 64% pengguna memilih tenor bayar dalam 1 bulan dengan fasilitas bunga 0%, mengindikasikan pergeseran perilaku keuangan masyarakat yang kini memandang PayLater sebagai metode pembayaran harian yang terencana dan terukur, bukan semata sebagai opsi kredit jangka panjang.

"Adopsi PayLater di daerah bukan hanya soal akses kredit yang lebih mudah, tapi juga berdampak langsung pada aktivitas ekonomi lokal. Ketika layanan ini dimanfaatkan untuk kebutuhan produktif atau pengeluaran harian rumah tangga, efeknya bisa sangat terasa di tingkat daerah," ujar Huda.

Dikatakannya, pelaku usaha bisa mendapatkan permintaan lebih baik ketika masyarakat di daerah tersebut mempunyai daya beli yang terjaga.

"Dengan modal yang baik, pelaku usaha tentu bisa meningkatkan produktivitasnya. Namun agar manfaatnya merata, literasi terkait dengan finansial dan teknologi, serta perlindungan konsumen di daerah juga harus jadi prioritas," imbuhnya.

Melihat potensi tersebut, Kredivo terus memperluas layanan di kota-kota premium, termasuk Makassar, dengan menyediakan limit hingga Rp50 juta dan tenor cicilan hingga 24 bulan.

Ekspansi ini juga diperkuat lewat kemitraan dengan merchant offline lokal dan kampanye edukasi serta pemasaran yang relevan, termasuk dengan menggandeng figur publik seperti Andre Taulany untuk menjangkau masyarakat secara luas dan inklusif.

"Kami melihat pengguna di Makassar makin cermat memanfaatkan PayLater untuk kebutuhan harian dan produktif. Ini menegaskan bahwa Indonesia Timur memiliki potensi yang besar, bukan hanya sebagai target ekspansi, tapi juga sebagai motor pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Karena itu, strategi kami bukan semata-mata memperluas akses dan limit kredit, tapi juga memastikan bahwa literasi dan kemitraan lokal terus kami perkuat untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan," tutup Indina. (Ikhlas/Amin)
Komentar

Tampilkan

  • Bukan Pinjol! Kredivo Bongkar Fakta dan Potensi Besar PayLater
  • 0

Terkini

Iklan