RAKYATSATU.COM, PANGKEP - Pagi itu, matahari baru naik di langit Pangkajene dan Kepulauan. Sinar lembut menembus tirai tipis rumah kecil bercat hijau di Jalan Pelelangan, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep.
Di dapur mungil berukuran dua kali tiga meter, tangan keriput Nur—akrab disapa Nur—cekatan mengaduk adonan pisang goreng. Suara minyak mendesis berpadu dengan aroma manis kacang karamel, menjadi irama pagi yang akrab baginya.
Hidupnya berjalan seperti biasa — sederhana, penuh kerja keras, dan rutinitas yang berulang. Namun pagi itu, sebuah getar kecil di atas meja mengubah segalanya.
Ponsel tuanya bergetar pelan. Di layar muncul pesan: "Transfer dari pelanggan berhasil diterima di Livin' by Mandiri."
Nur tersenyum. Senyum sederhana itu menyimpan rasa syukur dan lega. Notifikasi yang dulu terasa asing kini menjadi tanda perubahan besar dalam hidupnya — bahwa ia bisa tetap di dapur, tetap bekerja, tanpa harus repot ke bank.
"Dulu kalau ada yang transfer, saya harus naik motor, dan antre lama di bank. Sekarang semuanya cukup di ponsel sambil aduk-aduk gorengan panas ini," katanya sambil tertawa kecil.
Perjalanannya memasuki dunia digital berawal pada November 2025. Pagi itu, Nur bersiap mengikuti Fun Walk yang digelar PT Semen Tonasa dalam rangka HUT ke-57, Minggu (19/10/2025). Di lokasi acara, seorang petugas Bank Mandiri menghampirinya dan dengan ramah memperkenalkan aplikasi Livin' by Mandiri—super app yang memungkinkan segala urusan perbankan dilakukan dari ponsel.
Nur hanya mengangguk sopan, rasa ragu masih menyelimuti pikirannya. Baginya, urusan bank selalu identik dengan antrean panjang, formulir rumit, dan waktu yang terbuang. Namun malam itu, ketika rumah mulai sunyi dan lampu lima watt menerangi ruang tamu, rasa penasaran akhirnya mengalahkan rasa takut. Ia menggenggam ponsel tuanya, siap mencoba langkah pertamanya ke dunia digital.
Dengan tangan sedikit gemetar, ia mencoba mentransfer uang untuk anaknya yang sedang menempuh pendidikan di Makassar. Beberapa detik kemudian, tulisan 'Transaksi Berhasil' muncul di layar. Nur tersenyum lega.
"Rasanya seperti lulus ujian," kenangnya sambil tersenyum.
Sejak itu, pengalaman berbank tanpa harus ke bank menjadi hal yang menyenangkan bagi Nur. Tak ada lagi antrean panjang, dan yang paling penting, transaksi berjalan cepat dan aman.
Perubahan kecil itu membuat Nur teringat kembali bagaimana ia dulu menjalani hari-hari sebelum mengenal layanan digital.
Sebelum mengenal Livin', perempuan berusia 40 tahun ini menjalani rutinitas yang tidak mudah. Suaminya telah tiada dan satu-satunya anaknya sedang menempuh pendidikan di Makassar.
"Kalau ada pesanan lewat WhatsApp, senang sekali," kenangnya. "Tapi kalau pelanggan bilang sudah transfer, saya yang repot. Anak di Makassar, jadi saya harus ke bank untuk mengecek dan memastikan uangnya masuk."
Setiap kali harus mengirim uang atau mengecek pembayaran, Nur harus menahan panas, hujan, bahkan lapar karena antrean panjang di bank.
"Kadang sampai lupa makan siang," ujarnya sambil tersenyum.
Dengan penghasilan yang pas-pasan, setiap transaksi yang lancar terasa sangat berarti. "Dulu pergi ke bank bisa bikin stres, sekarang bisa sambil masak. Rasanya menyenangkan," kata Nur.
Kini, dari dapur kecil itu, Nur bisa mengirim uang ke anaknya, menerima pembayaran pelanggan, hingga membayar listrik rumah — semuanya hanya lewat ponsel.
"Teknologi membuat saya bisa jadi ibu dan pengusaha di waktu yang sama," katanya sambil mengelap tangan di celemek bermotif bunga.
Pendapatannya kini lebih stabil, bahkan meningkat dari sebelumnya. "Modal awalnya itu sekitar Rp500 ribu. Sehari, pisang goreng ini bisa terjual 15 hingga 20 porsi dengan harga Rp10 ribu per porsi," ujarnya. "Sisa keuntungannya saya tabung untuk biaya kuliah anak, apalagi dia sudah masuk semester lima."
Perubahan yang dirasakan Nur ternyata berdampak pada orang-orang di sekitarnya, termasuk pelanggan setianya. Mia, seorang karyawan swasta, tersenyum mengenang kebiasaan baru Nur.
"Sekarang kalau saya pesan, Bu Nur sering kirim stiker senyum di WhatsApp setelah kirim bukti transfer," katanya sambil tertawa. "Rasanya bukan cuma transaksi, tapi hubungan yang lebih dekat — seperti keluarga sendiri."
Bagi para pembeli pun, pengalaman berbank tanpa harus ke bank membuat transaksi jadi cepat dan bebas repot.
"Dulu, saya harus ke warung, antre, dan menunggu lama untuk bayar tunai. Sekarang, cukup transfer lewat ponsel, bukti pembayaran langsung muncul. Rasanya cepat, mudah, dan bikin lega," ujarnya.
Di antara perubahan kecil itu, ada denyut yang pelan-pelan terasa lebih luas—bukan hanya di dapur Nur, tetapi juga di banyak sudut keseharian lain. Pergerakan inilah yang turut dibaca Bank Mandiri ketika memperkuat layanan digitalnya.
Menurut, Vice President Bank Mandiri Region X/Sulawesi & Maluku, Panji Priasmoro, inovasi digital menjadi strategi utama untuk menjawab kebutuhan masyarakat di era serba cepat.
"Kami ingin memastikan seluruh lapisan masyarakat, termasuk segmen underbanked dan UMKM, dapat menikmati kemudahan layanan keuangan tanpa harus datang ke kantor cabang," ujar Panji.
Melalui super app Livin' by Mandiri, seluruh kebutuhan transaksi perbankan kini dapat dilakukan hanya lewat genggaman. Dari pembukaan rekening online, transfer antarbank dan valas, pembayaran tagihan, pembelian produk digital, hingga fitur investasi.
Versi terbaru dilengkapi teknologi machine learning yang menyesuaikan rekomendasi fitur dan promo berdasarkan kebiasaan pengguna, seperti saran kapan membayar listrik atau membeli bahan baku.
"Livin' kini bukan sekadar aplikasi transaksi, tetapi personal financial assistant yang memahami kebutuhan nasabah," tambah Panji.
Bank Mandiri juga memperluas digitalisasi ke sektor UMKM melalui Livin' Merchant, membantu pelaku usaha mencatat transaksi dan memperoleh akses pembiayaan.
"Digitalisasi UMKM adalah kunci memperkuat fondasi ekonomi nasional. Livin' Merchant mempermudah transaksi sekaligus memperluas akses keuangan bagi pelaku usaha," jelasnya.
Gelombang perubahan itu juga menjangkau generasi lain—terutama anak muda yang akrab dengan ponsel. Salah satunya adalah Rizaldi, mahasiswa Universitas Negeri Makassar, yang mengandalkan Livin' untuk mengatur uang bulanan dan membayar kos.
"Kalau dulu harus ke ATM atau ke bank, sekarang cukup buka aplikasi," ujarnya sambil tersenyum. "Yang paling keren itu fitur QR dan top-up e-wallet. Jadi hemat waktu banget."
Sebagai mahasiswa perantau, ia belajar mencatat pengeluaran dan menabung sedikit demi sedikit.
"Kalau tidak disiplin, uang bisa habis di minggu kedua," katanya sambil tertawa. "Sekarang bisa atur sendiri, lebih mandiri."
Bagi Rizaldi, Bank Mandiri bukan sekadar tempat menyimpan uang, tapi mitra finansial yang tumbuh bersamanya — sejalan dengan semangat Sinergi Majukan Negeri.
Meski fokus pada digitalisasi, Bank Mandiri tetap menjaga kehangatan hubungan dengan nasabah. Konsep Smart Branch dan Hybrid Branch menjadikan kantor cabang pusat edukasi dan pendampingan digital — jembatan antara pengalaman tradisional dan teknologi modern.
"Cabang bukan sekadar tempat transaksi. Tetapi pusat pembelajaran agar nasabah lebih percaya diri menggunakan layanan digital," ujar Panji.
Seluruh transaksi digital dilindungi sistem enkripsi canggih dan diawasi unit independen internal untuk keamanan dan transparansi. Literasi digital terus digencarkan dengan prinsip Hati-hati, Teliti, dan Konfirmasi.
Transformasi ini sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), menghadirkan inovasi yang canggih, berkelanjutan, dan bermakna bagi masyarakat.
"Transformasi digital yang kami jalankan tidak hanya soal teknologi, tapi juga soal kepercayaan dan keberlanjutan. Kami ingin menjadi bank yang memberi makna — menghadirkan solusi keuangan yang mendorong kehidupan lebih baik bagi masyarakat," tutup Panji.
Sore hari, ketika aroma gorengan mulai mereda dan langit berubah jingga, Nur duduk di teras rumah sambil menatap layar ponsel. Daftar transaksi hari itu tersimpan rapi di aplikasi Livin'.
"Saya tidak pernah menyangka, dari dapur kecil ini bisa ikut zaman digital," ujarnya.
Dari dapur kecil di Pangkep hingga layar ponsel generasi muda, semangat digital tumbuh sederhana namun nyata—menghubungkan manusia, usaha, dan teknologi dalam langkah-langkah kecil yang saling bertemu.
Penulis : Amin Rais
