Kegiatan berskala internasional yang dihadiri peserta dari 12 negara ini justru tercoreng oleh tindakan intimidatif salah seorang panitia terhadap jurnalis.
Insiden terjadi saat wartawan Tribun Timur, seorang perempuan, hendak mewawancarai peserta asal Pakistan usai sesi simposium. Tanpa alasan jelas, seorang pria yang mengaku sebagai ketua panitia mendatangi dan menarik paksa tangan wartawan tersebut, bahkan juga menghentikan paksa wawancara yang sedang berlangsung.
“Saya ketua panitia di sini! Semua harus seizin saya dulu!” bentak pria itu di hadapan peserta dan wartawan.

Padahal, media tersebut diketahui telah menerima undangan resmi dari pihak Kementerian untuk meliput seluruh rangkaian acara Gau Maraja 2025, termasuk simposium internasional ini. Bahkan, sebelumnya mereka telah melakukan wawancara resmi dengan Menteri Kebudayaan Fadli Zon di lokasi yang sama tanpa kendala.
Salah satu jurnalis, Alfi, menyaksikan langsung aksi tersebut dan menyampaikan keberatannya.
“Saya protes langsung. Tidak pantas seorang laki-laki menarik tangan perempuan seperti itu, apalagi dengan nada tinggi dan sikap kasar,” ujarnya geram.
Menanggapi kejadian ini, Ketua Panitia Gau Maraja, Marjan Masse, menyatakan penyesalan atas insiden tersebut dan meminta maaf secara terbuka.
“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Ini sangat kami sesalkan. Kami akan segera melakukan klarifikasi internal dengan panitia simposium,” ucapnya.
Insiden ini memunculkan sorotan terhadap etika panitia dalam menangani media, terutama dalam ajang bertaraf internasional yang semestinya menjunjung tinggi profesionalisme dan keterbukaan informasi. (Ikhlas/Arul)