RAKYATSTAU.COM, MAROS - Di kaki langit pagi yang masih berembun, langkah demi langkah ribuan pelari akan menorehkan jejak di tanah Maros. Tahun ini, Maros Marathon tak sekadar menjadi ajang lomba lari. Ia menjelma menjadi wajah baru kabupaten yang sedang menata ulang dirinya—dari kawasan administratif menjadi destinasi sport tourism berkelas nasional.
Pemerintah Kabupaten Maros menyambut Hari Jadi ke-66 dengan langkah panjang: untuk pertama kalinya dalam sejarah, ajang ini menyuguhkan kategori full marathon sejauh 42 kilometer. Sebuah lompatan yang menandai keseriusan pemerintah daerah memosisikan olahraga bukan sekadar aktivitas fisik, tapi bagian dari ekosistem promosi wisata.
“Kalau tahun lalu kita baru sampai half marathon, tahun ini kita genapkan,” kata Bupati Maros, Chaidir Syam, dalam konferensi pers yang digelar sederhana di Concrete Cafe, Kecamatan Turikale, Jumat (20/6/2025).
Lonjakan animo terasa sejak pendaftaran dibuka. Dalam waktu singkat, kuota untuk kategori 5K dan 10K langsung habis. Hingga pertengahan Juni, lebih dari 1.500 peserta tercatat, dengan target maksimal 2.000 orang. Bukan hanya dari Sulawesi Selatan, peserta juga datang dari Kalimantan dan Sulawesi Tenggara.
Namun pesona Maros Marathon tak semata pada banyaknya peserta. Di balik angka-angka itu, tersimpan tekad untuk menautkan olahraga dengan alam. Rute lari yang menembus lima kecamatan Turikale, Lau, Bantimurung, Simbang, hingga Tanralili adalah undangan bagi siapa pun untuk melihat Maros dari sudut yang jarang tersentuh wisatawan biasa.
“Pelari akan melewati Dusun Lopi-lopi, Kampung Kelelawar, sampai hutan bambu. Kami ingin kelelahan mereka dibayar dengan pemandangan yang tak biasa,” ujar Muhammad Rijal, Race Director yang sejak awal terlibat dalam penataan rute.
Sebagai satu-satunya event full marathon di Sulawesi Selatan tahun ini, panitia tak ingin main-main. Chip time system digunakan demi akurasi waktu. Para peserta juga akan didampingi pacer resmi di tiga kategori utama: 10K, half, dan full marathon. Ini bukan sekadar lomba lari, tapi simulasi bagaimana event nasional seharusnya digelar.
Di balik logistik dan strategi rute, ada pula pesan yang lebih dalam: keselamatan tetap prioritas utama. Rijal mengingatkan, "Jangan memaksakan diri kalau tubuh tidak fit. Nyawa cuma satu."
Dengan total hadiah mencapai ratusan juta rupiah, tanpa kategori master, Maros Marathon 2025 adalah pesta olahraga yang memadukan semangat kompetisi dengan kesadaran akan lanskap lokal. Sebuah bentuk nyata, seperti diakui Kepala Dispora Maros, M Ferdiansyah, bahwa olahraga bisa jadi ujung tombak pembangunan identitas daerah.
Di Maros, lari bukan lagi sekadar olahraga. Ia adalah narasi panjang tentang daerah yang sedang berlari—menuju panggung yang lebih besar, di peta wisata nasional. [iKHLAS/aRUL]
