Yaaah.. topi keren yang dikenal bernama "Sarong" ini, ternyata memiliki tingkat kesulitan dan ketelitian dalam mengerjakannya.
Salah satu pengrajin Sarong, Indo' Marta Sedan (60) yang mengatakan sangat sulit menganyam lembaran bambu yang sudah dirautnya tersebut, membentuk pola ukiran Toraja.
"Iyo, massussa liu (dalam bahasa Toraja) artinya "Iya, sangat sulit," ujarnya.
Bahkan Indo' Marta yang sudah mahir pun, membutuhkan waktu selama dua minggu untuk menyelesaikan satu Sarong.
Satu Sarong, yang berukuran kecil dijualnya seharga 200ribu rupiah, sedangkan untuk ukuran besar seharga 350ribu rupiah, kepada pengepul yang siap menadah barang hasil karyanya.
Bukan tanpa alasan, memilih menjadi pengrajin Sarong. Hal ini merupakan pilihan satu-satunya bagi Indo' Marta. Keadaannya sebagai mantan penderita penyakit kusta, membuat dirinya harus merelakan satu kaki kanannya, diamputasi, 12 tahun lalu.
Tak banyak yang bisa dilakukannya, apalagi jari-jari tangannya pun beberapa sudah bengkok. Tinggal bersama suaminya, yang sudah lanjut usia, bersama satu anak dan cucunya, membuatnya hanya berharap pemerintah memperdulikan nasib mereka. (Kris)
.jpg)