RAKYATSATU.COM, TORAJA - Likuifaksi atau pencairan tanah, dipastikan tidak akan terjadi pada gempa di Mamasa, Sulbar, yang mengalami dampak aktifnya Sesar Saddang, Sabtu (10/11).
Hal ini diungkapkan langsung oleh pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai pusat informasi.
Diketahui, secara geografis Kabupaten Mamasa berada di dataran tinggi sehingga tidak berpotensi mengakibatkan likuifaksi. Berbeda dengan Kota Palu yang berada di dataran rendah.
Susunan tanah dan bebatuan di Mamasa pun, sangat rapat dan kuat serta tidak bercampur dengan air. Namun, berpotensi mengakibatkan longsor pada tebing.
Karena berpotensi longsor, maka masyarakat yang bermukim di sekitar tebing, agar mengamankan diri. Saat ini, tempat yang aman untuk berlindung dari efek gempa, seperti lapangan atau hamparan luas yang tidak berpotensi adanya longsor dari atas atau ke bawah.
Gempa di Mamasa sebenarnya tidak berbahaya kalau tidak berada di dalam ruangan atau bangunan, sehingga masyarakat dihimbau untuk tidak tinggal di dalam rumah hingga intensitas gempa tidak terjadi lagi.
Intensitas gempa ke depan pun belum dapat diprediksi kapan berakhirnya. BMKG berharap masyarakat tidak perlu kuatir yang berlebihan namun tetap waspada.
Bagi masyarakat Tana Toraja, khususnya yang berada di perbatasan Mamasa, seperti Kecamatan Mamasa dan Bittuang, untuk tetap berjaga-jaga dan tidak panik.
Membangun tenda darurat di depan rumah masing-masing, menjadi pilihan yang tepat untuk menghindari efek getaran gempa yang masih terus terjadi. (Kris)
Hal ini diungkapkan langsung oleh pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai pusat informasi.
Diketahui, secara geografis Kabupaten Mamasa berada di dataran tinggi sehingga tidak berpotensi mengakibatkan likuifaksi. Berbeda dengan Kota Palu yang berada di dataran rendah.
Susunan tanah dan bebatuan di Mamasa pun, sangat rapat dan kuat serta tidak bercampur dengan air. Namun, berpotensi mengakibatkan longsor pada tebing.
Karena berpotensi longsor, maka masyarakat yang bermukim di sekitar tebing, agar mengamankan diri. Saat ini, tempat yang aman untuk berlindung dari efek gempa, seperti lapangan atau hamparan luas yang tidak berpotensi adanya longsor dari atas atau ke bawah.
Gempa di Mamasa sebenarnya tidak berbahaya kalau tidak berada di dalam ruangan atau bangunan, sehingga masyarakat dihimbau untuk tidak tinggal di dalam rumah hingga intensitas gempa tidak terjadi lagi.
Intensitas gempa ke depan pun belum dapat diprediksi kapan berakhirnya. BMKG berharap masyarakat tidak perlu kuatir yang berlebihan namun tetap waspada.
Bagi masyarakat Tana Toraja, khususnya yang berada di perbatasan Mamasa, seperti Kecamatan Mamasa dan Bittuang, untuk tetap berjaga-jaga dan tidak panik.
Membangun tenda darurat di depan rumah masing-masing, menjadi pilihan yang tepat untuk menghindari efek getaran gempa yang masih terus terjadi. (Kris)