RAKYATSATU.COM, MAKASSAR - Di tengah riuh jalanan pagi di Makassar, aroma kue tradisional menyeruak dari sebuah warung kecil di pinggir jalan Hertasning. Di sana, tangan Ibu Nia, perempuan 37 tahun yang dikenal sabar dan ramah, tak pernah berhenti bergerak. Ia menakar adonan, membungkus kue, melayani pelanggan, lalu menatap layar ponsel yang tergeletak di samping timbangan. Di balik layar itu, ada sesuatu yang dulu terasa jauh dari jangkauan: investasi emas.
Selama dua tahun terakhir, Ibu Nia menjalankan usahanya di warung kecil yang setiap pagi ramai disinggahi pembeli. Bersama sang suami yang bekerja sebagai pengemudi ojek daring, ia berupaya memenuhi kebutuhan keluarga serta membiayai pendidikan dua anaknya yang masih bersekolah. Dari hasil berjualan kue setiap hari, Ibu Nia dengan disiplin menyisihkan antara Rp20.000 hingga Rp30.000 untuk ditabung.
"Dulu saya pikir menabung emas itu hanya untuk orang kaya," ujarnya sambil tersenyum malu. "Sekarang saya bisa mulai dari sepuluh ribu rupiah saja."
Ibu Nia bukan satu-satunya yang mengalami perubahan itu. Di tangan masyarakat kecil seperti dirinya, aplikasi Tring!—wajah baru digitalisasi Pegadaian—menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih pasti. Kini, tanpa harus meninggalkan warungnya, ia bisa membeli, menabung, dan bahkan mencairkan emas digital hanya lewat satu sentuhan.
Dunia yang dulu terasa jauh dan rumit kini berpindah ke layar ponsel. Bagi Pegadaian, transformasi ini bukan sekadar pembaruan layanan. Tring! adalah simbol pergeseran besar: dari konter ke genggaman tangan, dari antrean panjang ke kemudahan digital. Dengan sistem Passion yang menghubungkan seluruh cabang Pegadaian di Indonesia secara real time, transaksi emas kini bisa terjadi dari mana saja, kapan saja—cepat, aman, dan transparan.
Transformasi ini lahir dari kebutuhan masyarakat yang berubah. Dunia kini menuntut kecepatan dan efisiensi, sementara kepercayaan tetap menjadi mata uang utama. Pegadaian menjawabnya lewat digitalisasi yang tak kehilangan sentuhan manusia. Para petugas aktif memberikan edukasi kepada nasabah agar memahami cara menggunakan aplikasi. Tidak ada paksaan, tidak ada tekanan. Hanya ajakan untuk memahami bahwa teknologi bisa bersahabat dengan semua kalangan.
Kepala Departemen Business Support Pegadaian Kanwil VI Makassar, Andi Vivin Budi Permana, menjelaskan bahwa Tring! merupakan wajah baru dari aplikasi Pegadaian yang sebelumnya adalah Pegadaian Digital Service (PDS). Melalui platform ini, nasabah dapat melakukan transaksi seperti tabungan emas, cicil emas, gadai tabungan emas, hingga deposito emas.
"Tring! bukan sekadar aplikasi keuangan, melainkan gerakan sosial untuk mendorong masyarakat agar berani berinvestasi. Kami ingin semua orang punya kesempatan yang sama. Tak peduli latar belakangnya, semua bisa menabung emas dan merencanakan masa depan," ujarnya.
Pandangan serupa disampaikan oleh Pengamat Ekonomi Universitas Bosowa Makassar, Dr. Lukman Setiawan, yang menilai kehadiran aplikasi Tring! by Pegadaian menjadi angin segar bagi masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah dan pelaku UMKM.
"Inovasi ini menunjukkan komitmen Pegadaian dalam mendorong inklusi keuangan dan pemberdayaan ekonomi rakyat di era digital," ujarnya.
Gerakan ini mulai terasa hasilnya. Nilai transaksi emas digital nasional yang pada 2023 hanya sekitar tiga triliun rupiah, melonjak menjadi lebih dari empat puluh triliun pada 2024. Kini, setiap bulan, jutaan gram emas berpindah tangan secara digital. Pegadaian mencatat lebih dari tiga juta nasabah aktif hanya untuk produk Tabungan Emas.
Namun di balik angka-angka itu, yang paling berharga adalah perubahan perilaku masyarakat. Di kampus-kampus, mahasiswa kini ramai mengikuti literasi finansial. Mereka belajar tentang investasi emas sejak dini. Di pasar tradisional, ibu rumah tangga mulai memahami cara mengamankan uang lewat tabungan emas digital. Para pedagang kecil yang dulu hanya mengenal uang tunai kini perlahan percaya bahwa masa depan mereka juga bisa bersinar lewat investasi emas.
"Dulu kalau ada uang lebih, saya bingung mau disimpan di mana. Sekarang saya simpan di emas," kata Ibu Nia sambil menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan saldo emas 1,23 gram. "Kalau butuh, tinggal dicairkan. Tapi saya usahakan jangan diambil. Saya mau kumpulkan sampai anak saya kuliah."
Pegadaian mengEMASkan Indonesia
Pegadaian memahami bahwa transformasi sejati tak cukup dengan teknologi. Diperlukan kepercayaan, kedekatan, dan empati. Karena itu, setiap langkah digitalnya selalu disertai semangat inklusi keuangan. Melalui slogan #mengEMASkanindonesia, Pegadaian ingin menjadikan emas bukan hanya simbol kekayaan, tetapi juga simbol harapan—bahwa siapa pun, dari pedagang kaki lima hingga mahasiswa, bisa memiliki masa depan yang aman dan berharga.
Kini, di warung kecil itu, Ibu Nia menutup hari dengan rasa tenang. Lampu sudah mulai redup, pelanggan satu per satu pulang. Ia membuka ponsel, memeriksa saldo emasnya, lalu tersenyum. Dalam kesederhanaan hidupnya, ia menemukan cara baru untuk bermimpi. Bukan lewat angka besar di rekening bank, tapi lewat butiran emas digital yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit.
"Menabung emas itu bukan lagi mimpi," ujarnya pelan. "Sekarang semua orang bisa, asal ada niat," tambahnya.
Dan mungkin, di antara riuhnya kota dan derap langkah zaman, kisah seperti Ibu Nia inilah yang sesungguhnya menjadi wujud nyata transformasi digital—bahwa teknologi tidak sekadar memudahkan hidup, tapi juga mengubah cara kita memandang masa depan. Satu klik kecil di layar ponsel bisa berarti satu langkah besar menuju kehidupan yang lebih berharga.
Penulis : Amin Rais
