Iklan

Iklan

Catatan Pinggir Bahtiar Parenrengi

10 Juli 2020, 6:20 PM WIB Last Updated 2020-07-10T10:20:30Z

Bahtiar Parenrengi
RAKYATSATU.COM, BONE
- Beberapa tahun silam, warga digegerkan dengan aksi buaya. Menerkam warga saat mandi di sungai, di Pakkasalo Dua BoccoE. 

Seketika itu pun kabarnya menyeruak. Orang-orang pada berdatangan untuk menyaksikan pencarian buaya yang dilakukan para penembak jitu. 

Sang raja air pun tumbang, saat beberapa peluru mengenai kepalanya. Buaya sepanjang empat meter lebih dievakuasi dan dikubur disalah satu kebun. 

Ribuan warga menyaksikan suasana yang cukup menegangkan. Karena sang "penguasa sungai" tak gampang ditaklukkan. 

Beragam cerita yang mengerikan bermunculan. Baik cerita sereemm, Cerita raja air, buaya air hingga buaya darat. Wah...


                ***
Buaya, lagu Rita Sugiarto mengalun merdu disalah satu radio swasta. Dandutan pagi beranjak siang itu telah menambah imunt bagi pendengarnya. 

Walau syairnya cukup mengerikan, namun pendengar dandutan tersebut terlihat enjoy menikmatinya. Hidangan kopi hitam ditambah kue bugis bisa membuatnya tersenyum. 

"buaya itu binatang melata
Terkenal karena kelicikannya
Dia pandai mengelabui mangsa
Diam-diam tetapi berbahaya

Dia selalu berpura-pura
Apabila ada maunya
Macam-macam tipu-dayanya
Begitulah sifat buaya
Buaya

Kini kita melihat
Banyak buaya naik ke darat
Awas hati-hatilah
Buaya darat lebih bahaya......"

Buaya, banyak lagu tercipta karenanya. Seperti Lagu buaya buntung, yang dinyanyikan oleh Inul Daratista. Serta lagu Lelaki buaya darat, oleh Ratu. 

Padahal mungkin banyak yang tidak tahu, sebenarnya buaya adalah hewan yang sangat setia. Konon, buaya jantan hanya kawin satu kali dan hanya memiliki pasangan satu dalam seumur hidupnya.

Buaya jantan tetap bertahan dan setia meskipun buaya betina yang menjadi pasangannya mati lebih dahulu.


                ***
Buaya. Sering menjadi plesetan. Plesetan yang menyindir hati. Tak heran ketika plesetan itu diumbar, seolah terjadi amukan buaya yang membahayakan. Dahsyat. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 
bu·a·ya adalah binatang berdarah dingin yang merangkak (reptilia) bertubuh besar dan berkulit keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di air (sungai, laut).

Persepsi orang pun terbentuk ketika mendengar kata buaya. Apa lagi buaya darat. Buaya darat: (Kata kiasan)
Memiliki arti penjahat (pencuri, pencopet, dsb); pengertian lainnya adalah penggemar perempuan.

Padahal dalam tradisi budaya Betawi memiliki arti yang syahdu. Buaya dianggap simbol kesetiaan. Tak heran 
dalam tradisi budaya Betawi, buaya dijadikan sebagai lambang kesetiaan dan kelanggengan dalam sebuah rumah tangga. 

Roti buaya, kerap dijadikan sebagai hantaran, sajian, atau seserahan wajib dalam acara pernikahan tradisional. Makna dari roti buaya sebagai simbol atau lambang agar pasangan yang  menikah, akan menjadi pasangan rimantis, setia seumur hidupnya, sebagai simbolisasi janji sehidup semati.

Namun, mengapa buaya yang terkenal dengan ­kesetiaannya malah justru sering dikiaskan sebagai laki-laki nakal?Istilah ‘buaya darat’ kerap digunakan untuk men­deskripsikan seorang laki-laki yang mempunyai sifat tidak 
Setia. 

Kiasan lain juga kadang didengarkan, 
Air mata buaya (atau simpati buatan). Dalam literasi, kiasan ini dijelaskan sebagai emosi palsu pada seorang munafik yang pura-pura bersedih  dan mengeluarkan air mata palsu. Ekspresi ini berasal dari anekdot kuno bahwa buaya menangis untuk menarik perhatian mangsanya atau menangis untuk mangsa yang mereka terkam. 

Padahal sebenarnya, buaya meneteskan air mata untuk mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Buaya tak bersedih, apalagi sedih usai menerkam mangsanya. Kalaulah manusia memiliki sifat itu, tentu sangat membahayakan. Terlihat selalu meneteskan air mata, namun hatinya tak tulus bahkan menerkam kita. Nauzubillah min zalik.  (Rasul)
Komentar

Tampilkan

  • Catatan Pinggir Bahtiar Parenrengi
  • 0

Terkini

Iklan