RAKYATSATU.COM, BONE – Iskandar (60) adalah Peserta JKN-KIS bantuan Pemerintah Daerah yang tinggal di Lingkungan Toro Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone.
Sekarang Iskandar sudah tidak mampu bekerja lagi karena sakit yang dideritanya sehingga yang menghidupi keluarganya adalah istrinya, Ibu Marlina, yang berjualan di pasar, barang campuran.
Iskandar yang akrab disapa Pak Is sekarang tengah menjalani cuci darah di RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone karena gagal ginjal yang dideritanya sejak tahun 2018 silam.
“Waktu pertama kali saya merasa sakit adalah saat saya menjadi mandor kelapa sawit kemudian saya dirawat inap di rumah sakit dan oleh dokter diperiksa lebih mendalam, dokter menyarankan untuk cuci darah, karena ketidaktahuan saya akan bagaimana cuci darah itu maka saya sempat menolak," ujar Pak Is.
"Namun setelah diberikan arahan oleh dokter dan melihat langsung perawatan para pasien cuci darah di rumah sakit akhirnya saya bersedia. Alhamdulillah semenjak setiap selesai dilakukan cuci darah rasa sakit di tubuh saya hilang,” ujar tambah Iskandar.
“Saya tetap mensyukuri atas kondisi keluarga kami, saya juga berpesan kepada anak saya agar selalu menjaga kesehatan karena kesehatan adalah harta yang paling berharga. Saya percaya bahwa Alloh tidak akan memberikan ujian melebihi kesanggupan hambanya,” tutur ibu Marlina saat ditemui oleh tim dari BPJS Kesehatan di kediamannya dengan mata berkaca-kaca.
Pak Is beserta istri harus menempuh jarak sekitar 10 kilometer dari rumah untuk menuju rumah sakit dengan naik motor. Pak Is menjalani cuci darah setiap 1 kali seminggu setiap hari Kamis jam setengah dua siang sampai dengan jam delapan malam dan telah berjalan selama 2 tahun lamanya.
Saat menjalani prosedur cuci darah pasien tidak dapat meninggalkan tempat tidur sehingga semua aktivitas dilakukan di atas tempat tidur.Oleh karena itu dukungan keluarga sangat diperlukan bagi pasien Hemodialisa.
“Seandainya tidak ada kartu JKN-KIS, saya tidak tahu harus bagaimana lagi sebab tidak sanggup untuk membiayai pembayarannya. Dengan adanya kartu JKN-KIS bantuan dari pemerintah saya sangat bersyukur" tuturnya.
Biasanya setelah saya cuci darah yang lamanya sekitar lima jam terkadang saya merasa oleng terpaksa saya minta bantuan ibu untuk membonceng pulang. Untung ada Ibu yang mendampingi, seandainya tidak ada saya tidak tahu bagaimana lagi,” jelas Pak Iskandar menutup perbincangan. (Rasul)