RAKYATSATU.COM, MAROS — Angka stunting di Kabupaten Maros menunjukkan tren positif dengan penurunan signifikan pada 2024. Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting turun dari 34,7 persen pada 2023 menjadi 22,4 persen pada 2024.
Pada 2023 tercatat 3.876 kasus dari total 30 ribu anak, sedangkan tahun berikutnya jumlahnya menurun menjadi 3.700 kasus dari 29.201 anak.
Bupati Maros, Chaidir Syam, mengapresiasi capaian ini dalam konferensi pers di Korpri Lounge, Senin (11/8/2025). “Ini capaian luar biasa karena merupakan penurunan tertinggi di Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan angka stunting Maros kini lebih rendah dari rata-rata provinsi Sulsel yang sebesar 23,3 persen, namun masih sedikit di atas rata-rata nasional sebesar 19,8 persen.
Kasus stunting tertinggi tercatat di Kecamatan Tanralili (530 kasus), Turikale (529), dan Bontoa (493). Sementara kasus terendah berada di Kecamatan Simbang dan Mallawa (55 kasus), serta Camba (77 kasus).
Wakil Bupati Maros, Muetazim Mansyur, menegaskan bahwa meskipun tidak ada target angka pasti untuk 2025, upaya penurunan stunting akan terus dilakukan.
“Tantangan utama adalah kesadaran masyarakat. Lingkungan yang kurang terjaga, sanitasi buruk, dan minimnya pemeriksaan tumbuh kembang anak menjadi faktor dominan,” katanya.
Ia juga menyoroti pemberian ASI eksklusif yang belum optimal dan kurangnya asupan gizi pada ibu hamil dan menyusui.
Pemerintah Kabupaten Maros mengalokasikan sekitar Rp60 miliar atau 3 persen dari APBD untuk program percepatan penurunan stunting, yang tersebar di 10 OPD. Dinas Kesehatan fokus pada pemberian makanan tambahan dan standarisasi alat antropometri, Dinas PU menangani penyediaan air minum dan sanitasi, sedangkan DP3A mengelola program KB, dapur sehat, serta pendampingan keluarga.
Plt Kepala DP3A Maros, A. Zulkifli Riswan Akbar, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai tanda-tanda stunting, seperti tinggi badan tidak sesuai usia, berat badan stagnan, perkembangan lambat, hingga wajah yang terlihat lebih muda.
Sekda Maros, Andi Davied Syamsuddin, menyoroti kebiasaan merokok di rumah sebagai penyebab 74 persen kasus stunting. “Ibu hamil dan anak lahir di lingkungan yang masih banyak bapak merokok,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan, Muhammad Yunus, menegaskan pencegahan stunting juga menyasar remaja melalui pemberian tablet penambah darah dan upaya pencegahan pernikahan dini. “Pernikahan dini rentan menghasilkan anak stunting karena kondisi kandungan yang belum siap,” jelasnya. (ikhlas/Arul)