Iklan

Iklan

Penambahan Libur Lebaran Dinilai Bisa Ganggu Pembeli Luar Negeri

04 Mei 2018, 11:41 AM WIB Last Updated 2018-05-04T03:41:58Z
RAKYATSATU.COM, JAKARTA - Semakin banyak pengusaha yang keberatan atas penambahan hari libur lebaran. Pengusaha yang berfokus pada ekspor, khawatir penambahan libur lebaran bakal mengganggu proses transaksi terutama dari pembeli luar negeri.

Rezon Jonathan, CEO Jan & Clift Furniture, mengatakan, pada dasarnya perusahaan tidak dapat libur karena harus produksi, apalagi untuk mereka yang memiliki transaksi jual beli dengan konsumen luar negeri. Penambahan libur mendadak, tentu saja mengganggu proses bisnis.

"Perusahaan kami sebetulnya tidak dapat libur karena harus produksi setiap hari guna menyuplai kebutuhan ekspor furniture. Dalam case tertentu, seperti lebaran bagi karyawan muslim, ada tambahan cuti, bukan libur. Jika libur terlalu panjang, tentu sangat berpengaruh dengan produksi dan para buyer kita, terutama di luar negeri," tegas Rezon, dalam siaran pers, Jumat (4/5).


Jan & Clift Furniture, kata Rezon, memiliki tempat perakitan di Jepara, kemudian dikemas dan finishing di Tangerang, Banten. Dengan pangsa pasar premium, dimana produk digunakan di apartemen dan perumahan elite, ia khawatir penambahan libur akan mengganggu proses bisnis, mulai produksi, distribusi, hingga transaksi.

"Produk kami juga diekspor, terutama ke Amerika Serikat. Kami juga melayani pesanan lokal, terutama digunakan di apartemen dan perumahan premium. Kami berharap kebijakan penambahan libur, dapat dikaji lagi, supaya proses bisnis bisa berjalan sesuai yang sudah direncanakan," kata Rezon. 

Menurut dia, kebijakan libur yang terlalu panjang, akan berdampak pada penurunan produktivitas. Seringkali, karena libur terlalu panjang, semangat atau etos kerja para karyawan tidak langsung 'tune in'. Alhasil, dari sisi kinerja cenderung turun. Padahal, di tengah pasar persaingan yang semakin ketat, pengusaha berharap ada situasi kondusif yang mendukung bisnis berjalan lebih baik.

"Pengusaha seperti kami tentu berharap kinerja karyawan, kinerja perusahaan tetap berjalan baik," katanya.

Yurie Rusphandy, Founder dan Owner Rattu Beverage, perusahaan distributor minuman premium, mengatakan, penambahan libur mengganggu perencanaan bisnis dan manajemen yang sudah disusun. Padahal sejak awal tahun perusahaan sudah menetapkan libur hari raya perusahaan. Sehingga hal ini akan sangat mengganggu kegiatan operasional dan produksi.

Adapun Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai, kebijakan menambah libur lebaran mengganggu industri manufaktur. Kata dia, operasional per hari bagi perusahaan manufaktur itu sangat berarti, karena menyangkut produksi. Kalau kemudian tiap pabrik memiliki target produksi ribuan barang, lalu terpaksa libur di luar rencana manajemen, maka bisa dibayangkan berapa banyak produksi yang bisa tertahan.


Sarman mengingatkan,  terlalu libur lama juga bisa menurunkan produktivitas, bagi pengusaha maupun pekerja.
Komentar

Tampilkan

  • Penambahan Libur Lebaran Dinilai Bisa Ganggu Pembeli Luar Negeri
  • 0

Terkini

Iklan